Cafe Batavia
Setiap kali saya melewati cafe ini terutama malam hari saya selalu terpukau dengan pesona romantis nya yang terpancar. Sebuah bangunan tua yang terawat dengan jendela-jendela besar yang terbuka dan pendaran lampu temaram dari dalam bangunan membawa saya ke ratusan tahun lampau. Café ini memang menempati sebuah bangunan tertua ke dua dalam komplek taman Fatahilah, di bangun pada jaman penjajahan Belanda, awal abad ke 19.
Suasana di pagi hari juga tidak kalah menarik, saat saya menyambangi café ini disatu pagi di hari sabtu bersama beberapa orang teman. Suasana tempoe dulu menyambut kami, sofa-sofa antik dan deretan lukisan dan foto-foto dengan pigura kuno memenuhi dinding, mungkin karena pagi ini belum banyak pengunjung, lantai satu terasa sepi. Kami langsung menuju lantai dua dan memilih duduk tepat di pinggir jedela. Deretan jendela di bangunan ber gaya colonial ini memang yang menjadi pusat perhatian saya di café ini.
Tampilan buku menu hadir dalam bentuk foto seronok seorang gadis berpigura, unik sekali. karena memang niat nya hanya ingin sarapan dan menikmati suasana café, kami memesan satu set dimsum dan Hot Cocholate untuk menemani. Menu di café Batavia terdiri dari Asian, Indonesian dan Western food. Semilir angin hadir menemani kami menikmati hidangan dimsum, untuk rasa, dimsum ala café Batavia ini cukup di puji kan.
Sambil menikmati menu sarapan, kami asyik mengamati suasana café. Dekorasi ruangan yang bergaya colonial kental dengan sentuhan seni menandakan bahwa pemilik nya mempunya selera seni tinggi, Ars graham james, pria berkebangsaan Australia membeli bangunan Gedung yang dulu nya pernah menjadi tempat tinggal, gudang, perkantoran penjajah Belanda ini di tahun 1993 dari Pemda DKI dan merenovasi bangunan hingga molek seperti sekarang.
Café Batavia terletak berhadapan langsung dengan Museum Fatahilah, dari dalam café kita dapat memandang lepas kearah halaman luas museum Fatahilah, bangunan bersejarah yang dibuat pada tahun 1707 oleh Petronella Wilhelmina van Hoorn putri Gubernur Jendral Hindia . Pagi ini keadaan di plaza museum cukup ramai kami menyaksikan berbagai atraksi seni seniman jalanan, seperti topeng monyet, dan atraksi kuda lumping dari tempat kami duduk.
Sangat di sayangkan kondisi ramai itu membuat halaman museum tampak kumuh karena pengunjung tidak sadar akan kebersihan, dan akses jalan menuju perkomplekan taman fatahilah juga tampak semrawut, seperti nya Pemda DKI tidak perduli dengan nilai bersejarah dari bangunan-bangunan tua yang ada di disini. Keterbatasan itu lah yang menjadi tantangan bagi Mbak Anita sebagai Marketing Manager untuk terus mengembangkan café Batavia. Mbak yang cantik ini menerangkan bahwa nilai jual café ini terletak pada nilai history bangunan tetapi dengan mengikuti perkembangan trend market saat ini yaitu menambah paket-paket menarik seperti paket Wedding, paket birthday, mengupdate menu makanan dan banyak melakukan promosi ke media, café Batavia Optimis akan dapat menarik tamu untuk datang.
Semakin siang pengunjung samakin ramai, sebagian besar pengunjung adalah warga negara asing. Memang pangsa pasar café ini adalah orang asing yang ada di Jakarta. Sayang kami tidak bisa berlama-lama di café ini, acara selanjut nya menunggu kami. Tapi kami berjanji akan berkunjung kembali menikmati suasana dan menu lain nya yang belum kami coba. Jika ingin mencari tempat dengan atmosfir colonial tempo dulu sangat di rekomendasikan untuk mencoba Café Batavia.
Cafe Batavia
Taman Fatahillah
Kota, Jakarta, Indonesia
Tel. (62-21) 691-5531, 691-5334
Fax (62-21) 692-3842
Website www.cafebatavia.com
Nice pictures, nice ambience, nice toilet, he he he
Nice review!!!Great Pictures!! (ichil gitu lohhh)…kapan kita kesana lagiii
Indonesia is incredible. It’s still one place that has stayed the same throughout the years. Great experience!!!
Sudah 2 kali kami gala dinner di sana….suasananya memang beda. Dan tiap kali ada tamu luar yang kita ajak pasti titian di toiletnya!…..
Bener…toilet cowok nya memang unik..kita kemaren sempet ngintip ke dalem nya…