Memasak di Dapur Baduy
Untuk dapur rumah suku Baduy, buang jauh-jauh bayangan akan sebuah dapur mewah..
Bagian dapur nya sendiri terletak berhimpitan dengan ruang tengah yang berfungsi juga sebagai ruang tidur, itu pun hanya dipisahkan oleh sekat bambu, dapur suku Baduy ini hanya terbuat dari rangka kayu dan atap pohon kelapa, ketika kami melongok lebih dalam lagi ke dalam dapur, kami melihat kondisi ruang dapur yang melompong tanpa ada pembatas maupun sekat pemisah. Di dalam dapur hanya ada dua buah tungku api dengan perabotan masak yang khas dan sederhana seperti dandang dan wajan yang terbuat dari kuningan, gentong untuk menyimpan air bersih lalu saya melihat juga gula aren yang digantung disudut dapur. Sedangkan untuk menanak nasi mereka menggunakan bejana dan anyaman bambu.
Sore datang menjelang, matahari kembali masuk peraduan meninggalkan cahaya terang, gelapnya malam menerobos ke dalam rumah, terasa pekat. Tidak ada penerangan listrik dalam rumah Baduy, mereka sangat bergantung pada sinar matahari di siang hari dan bantuan lampu minyak pada malam hari nya.
Dalam keremangan kami mulai mamasak makan malam. Ruang dapur yang hanya diterangi oleh sinar temaram dari lampu minyak membuat mata kami sedikir sulit untuk beradaptasi, akhirnya kami pun menggunakan bantuan head lamp selama proses memasak. Menu kami malam ini adalah kari ayam, orek tempe dan oseng mix vegetable.
Proses memasak diatas tungku dengan kayu bakar seperti ini merupakan pengalaman baru buat saya dan Ichil, ternyata hal ini tidak mudah untuk dilakukan. Kami harus tau bagaimana cara mengatur panas nya api yang menyentuh wajan ketika proses masak berlangsung, oleh karena itu kami harus bisa memperhitungkan kapan saat yang tepat untuk menambah kayu bakar atau mengurangi kayu bakar agar api nya pas dan makanan tidak gosong, selain itu kami juga belajar bagaimana cara mengontrol besar kecil nya api dengan cara meniup kan angin melalui batang bambu, sebuah pengalaman penuh sensasi.
Mengejutkan..proses pemanasan yang dihasilkan oleh kayu bakar dan wajan berbuah pada kenikmatan rasa, contoh nya ketika membuat oseng mix vegetable yang menggunakan bawang Bombay, kami bisa mendapatkan panas yang sempurna dari kayu bakar yang memanasi wajan dari kuningan, sehingga caramelize dari bawang bombay bisa kami peroleh hanya dari sebuah proses oseng sederhana namun rasanya sangat luar biasa.
Dan kami pun beruntung sekali malam ini, karena ibu pemilik rumah mengajari kami bagaimana cara menanak nasi dengan alat masak beranyam bambu. Memasak nasi dengan cara dikukus dalam ayaman bambu ini juga merupakan hal yang baru bagi kami. Di atas salah satu tungku, teronggok sebuah bejana yang terbuat dari perunggu yang berisi air panas menggelegak dan diatas bejana tersebut diletakkan ayaman bambu yang berisi beras. proses pematangan nasinya dengan cara mengguyurkan air panas di atas beras dan dilanjutka ke proses pengkusan dari air panas dalam tungku tadi, dengan timing yang tepat maka nasi dapat matang dengan sempurna, sebuah proses yang menarik apalagi ditambah dengan pengaturan api yang dihasilkan dari kayu bakar, sangat indah.
Akhirnya proses memasak ini selesai, kerja keras yang diganjar dengan kelezatan, tiga menu yang kami masak tersaji dalam kesempurnaan bertabur pujian. Malam itu kami makan malam bersama-sama di bale-bale depan rumah, dalam temaram lampu minyak , sayup-sayup terdengar gesekan batang-batang pohon yang diterpa angin, serta gemericik air yang tiada henti menjadi iringan suasana makan malam yang sederhana dengan rasa yang luar biasa.
Cerita Selanjut nya : Hiking di Kampung Baduy
Cerita Sebelum nya : Perkampungan Baduy
[…] Bersambung ke cerita masak di kampung Baduy […]
[…] Cerita Sebelum nya : Memasak di kampung Baduy […]