Hiking di Baduy
Kebudayaan mereka adalah harta karun yang harus dijaga karena mereka adalah penyimbang alam semesta…
Bunyi kokok ayam dengan lantang membangunkan saya dari lelapnya tidur, saya merasakan sentuhan sinar matahari yang menyelinap dari bilik bambu. Kehidupan pagi di kampung Baduy dimulai dengan duduk bercengkrama mengelilingi tungku api, mencoba untuk menghangatkan tubuh sambil membakar pisang mentah ditengah bara tungku dan tentu saja tidak lupa memasak air untuk membuat kopi, memulai pagi dalam kesederhanaan. Suasana kampung Baduy masih sepi.
Tapi sayang, kehangatan ini harus segera saya akhiri. Setelah menyelesaikan sarapan pagi dengan menu nasi goreng. Saya dan Ichil harus segera siap-siap, kegiatan hiking yang sudah dipersiapkan Evie sudah menunggu.
Seperti yang saya sudah jelaskan sebelumnya, Karena rombongan kami tidak bisa memasuki perkampungan baduy dalam, maka Evie mengganti nya dengan hiking. Untuk hari pertama kemarin, kami sudah berjalan-jalan disekitar perkampungan baduy luar, menikmati suasana perkampungan. Hari ini rencana nya kami akan hiking menyusuri bukit, hutan dan kebun yang mengelilingi perkampungan suku baduy.
Tepat jam 8 pagi kami siap untuk hiking, kami berjalan menjauhi perkampungan Baduy. Lokasi perkampungan suku baduy berada disebuah tempat yang sulit dijangkau oleh orang luar.dipagari oleh hutan dan per-bukitan yang sulit didaki, dilingkari sungai-sungai besar dan kecil dengan aliran air yang deras. Awal nya saya mengaggap enteng haiking Baduy ini, tapi ternyata kesombongan saya itu diganjar dengan jalan setapak penuh liku, licin dan becek, menyebrangi banyak anak sungai, mendaki bukit yang tinggi dan menerobos semak-semak belukar.
Bagi saya, hiking di Baduy ini bukan sekedar perjalanan biasa, saya belajar dari filosfi orang Baduy dalam hal memperlakukan Alam. Mereka menam padi dan bercocok tanam lain nya tidak menggunakan teknologi mesin dan pupuk-pupuk modern, mereka melakukan nya secara alamiah, mengikuti eko-sistem alam yang berlaku untuk memperoleh hasil panen yang melimpah tetapi kesuburan lahan tetap terjaga sepanjang masa.
Orang luar seperti kita yang sudah di jejali dengan hal-hal modern mungkin menganggap aneh segala filosofi dan prinsip-prinsip yang dianut oleh Suku Baduy ini, tapi dari perjalanan ini saya dapat membuktikan sendiri bagaimana kehebatan suku Baduy ini.
Salah satu contoh, mereka dilarang menggunakan cangkul untuk berkebun dan mengurus sawah, mereka diperbolehkan hanya menggunakan arit/lading dengan alasan cangkul bisa merusak tanah dan makhluk hidup yang ada di dalam nya. Filosofi orang Baduy dalam bercocok tanam cukup sederhana, boleh mengambil apa saja yang tersedia di alam untuk di olah dan dimakan, tetapi tidak boleh sampai merusak lingkungan. Alam yang tersedia harus dibiarkan seperti apa adanya, jangan sampai diubah, apalagi dirusak saat bercocok tanam. Hasil nya ? saya melihat pohon-pohon tertata rapih dan tumbuh subur. Mereka menanam buah-buahan seperti buah durian, pete, pisang, duku, manga, dll, biasanya hasil panen nya mereka jual ke pasar-pasar terdekat, sehingga bisa menjadi mata pencarian sumber kehidupan mereka.
Anehnya, saya tidak melihat adanya petak-petak sawah, padahal suku Baduy menanam padi sendiri untuk kebutuhan hidup, tapi dimana mereke menam padi2-padi itu ? setelah saya tanya ke kang ijom, yang turut menamani kami Haking hari ini, Kang Ijom menjelaskan bahwa di wilayah pertanian baduy tidak ditemukan petak-petak sawah atau pematang, mereka berprinsip, petak-petak sawah dan pembagian system pengairan pada sawah biasa akan merusak ekosistim alam. Jadi, yang ada adalah lahan hutan yang ditumbuhi oleh aneka macam tanaman dan hamparan tanaman padi tumbuh subur bercampur dengan pohon-pohon lain nya. Hasil nya ? mereka bisa panen padi sepanjang tahun. Hebat kan ?
Perlu diketahui suku Baduy mempunyai tempat khusus untuk menyimpan padi hasil panen mereka, yang disebut leuit (lumbung padi). Lumbung padi ini dibuat sedemikian rupa sehingga bisa tahan akan gempa bumi, anti rayap dan anti tikus dan hebat nya gabah yang tersimpan di lumbung ini bisa tahan bertahun-tahun bahkan berpuluh-puluh tahun Oleh sebab itu, walau di belahan bumi lain kita sering mendengar tentang bencana kelaparan, tapi tidak pernah sekali pun ada bencana kelaparan di Suku Baduy. Luar biasa memang system bercocok tanam ala suku Baduy ini.
Sesekali kami berhenti untuk ber istirahat dan menikmati pemandangan sekitar. Sungguh mengasyikan perjalanan ini, kebetulan pada saat kami berkunjung ini bertepatan dengan musim duren, jadi kami pun menonton mereka panen duren. Beberapa kali kami juga bersisian dengan penduduk baduy yang akan berangkat ke ladang, bahkan saya melihat anak-anak kecil baduy bertelanjang kaki mengangkat potongan-potongan kayu yang besar, sepertinya aktivitas mengangkut kayu besar ini hal yang biasa bagi mereka.
Kami juga menemukan pondok-pondok kosong yang ada tengah-tengah ladang yang jauh dari perkampungan, bahkan diatas bukit yang tinggi sekalipun. Pondok-pondok ini disebut juga saung, yaitu rumah di ladang. Karena ladang tempat mereka berkerja sangat jauh dari rumah asli mereka maka Semua orang Baduy yang sudah berkeluarga rata-rata memiliki saung, mereka bisa tinggal di saung selama berminggu-minggu bahkan dalam hitungan bulan sambil sesekali menengok rumah mereka di kampung. Mungkin karena siang hari sebagian dari mereka sedang bekerja di ladang, kami hanya bertemu dengan seorang Baduy tua yang sedang asyik menghisap rokok tembakau, tampak nikmat sekali.
Akhirnya, Setelah melewati jalan setapak penuh liku, licin dan becek, menyebrangi banyak anak sungai dan menerobos semak-semak belukar, akhirnya kami sampai juga di batas terakhir perjalanan kami. Walaupun letih tapi kami dapat memetik pelajaran dari kehidupan suku Baduy ini, ajaran itu menggambarkan bahwa sesungguhnya orang Baduy sangat memahami dan menghargai alam ini, kebudayaan mereka adalah harta karun yang harus dijaga karena mereka adalah penyimbang alam semesta.
Cerita Sebelum nya : Memasak di kampung Baduy
Leave a Reply